
Rabu, 07 Desember 2016
cara mengatasi nyeri leher


cara mengatasi angkle
cara mengatasi angkle
Secara umum disebutkan keseleo, terkilir hingga pada kondisi yang
berat terjadi patah tulang pada pergelangan kaki. Nah dalam hal ini,
maka perlu terlebih dahulu dipahami gambaran mengenai kondisi ankle kaki
tersebut.
Ankle merupakan salah satu sendi di tubuh yang berada pas diatas kaki, yang berfungsi menumpu berat badan, tapi juga mempunyai gerakan harmonis tertentu waktu berdiri dan berjalan atau bahkan untuk berlari.
Kalau dilihat pada Foto X-Ray, ankle terdiri dari susunan tiga tulang, yaitu tulang kering, tulang betis dan tulang talus: atap ankle merupakan ujung bawah tulang kering yang datar melintang dengan bentuk tertentu, berpasangan dengan dasar ankle merupakan permukaan atas tulang talus, disisi dalam dikuatkan oleh mata kaki dalam yang merupakan tojolan kebawah dari tulang kering; disisi luar dikuatkan oleh mata kaki luar yang merupakan ujung bawah tulang betis.
Kesetabilan sendi tidak cukup dengan susunan tulang yang harmonis tersebut, tapi ada penguat lain, berupa jaringan “non tulang” yang meliputi: tulang rawan yang menjadi permukaan sendi yang licin, capsul sendi, urat sendi (ligament) dan urat otot (tendon) dari otot yang kekuatannya normal.
Bentuk Cedera Pergelangan Kaki
Pada cedera ankle yang berat sering menyebabkan patah tulang mata kaki sisi dalam, atau patah tulang mata kaki sisi luar atau kedua-duanya, hal ini menyebabkan juga sendi ankle bergeser (subluksasi) atau bahkan lepas (luksasi).
Suatu keadaan patah tulang, maka penatalaksanaan jelas: sejak diagnosa, pengobatan (operasi) dan hasil operasi, dimana dapat dinilai secara terukur, karena ketiga tahapan tersebut dapat dilihat melalui Foto X-Ray.
Sebaliknya suatu cedera ankle yang tidak menyebabkan patah tulang, maka yang jadi “korban” adalah jaringan non tulang, terutama urat sendi (ligament) dan atau disertai capsul sendinya, atau bisa juga cedera tulang rawan yang tidak kelihatan pada Foyo X-Ray biasa.
Tergantung beratnya cedera, bisa hanya berupa regangan, atau robekan halus, bahkan bisa berupa robekan parah. Robekan-robekan jaringan non tulang bisa juga dinilai memakai Foto MRI, tapi hasilnya belum maksimum. Memang untuk kerusakan tulang rawan sendi dan memar tulang dibawah tulang rawan sendi sangat terbantu diagnosanya oleh periksaan MRI.
Pemeriksaan lebih canggih lagi untuk kerusakan dalam sendi adalah dengan cara arthroscopy (peneropongan), yang dilakukan di kamar operasi. Tentunya sebelum dilakukan pemeriksaan dengan alat bantu tersebut (Foto X-Ray dsb), terlebih dahulu harus dilakukan wawancara yang teliti mengenai keluhan dan mekanisme cederanya, disusul dengan pemeriksaan fisik seksama khusus ankle tersebut.
Pemulihan Cidera
Selanjutnya robekan-robekan jaringan tersebut meskipun tidak dijahit (karena tidak dibuka), akan mencapai penyembuhan (penyambungan) kembali secara alamiah dalam periode waktu tertentu, asal diberi kesempatan istirahat fungsi. Waktu yang diperlukan untuk peroses penyembuhaan sekitar 3 sampai dengan 6 minggu, tergantung beratnya kerusakan.
Proses alamiah ini bisa tercapai, bila diistirahatkan dari fungsi sendi ankle yang berupa mengistirahatkan gerakan sendi dan tidak menumpu berat badan, serta ditinggikan untuk mengurangi atau menghilangkan bengkak. Pada fase akut sampai hari kelima: diistiratkan; ditinggikan; didinginkan, contoh : pakai es dibungkus kering (bukan dipanaskan!).
Mengistirahatkan gerakan sendi yang paling sederhana adalah dengan cara : waktu berjalan “seperti robot” (= ankle dikakukan secara aktif oleh dirinya sendiri) ; menghindarkan dari posisi yang tidak menguntungkan ankle (nyeri); meminimalkan aktifitas berjalan dan tidak naik tangga.
Cara mengistirahatkan ankle yang lebih kuat: bisa dengan cara memakai plester melalui teknik tertentu; memakai elastic verban; memakai “ankle decker” atau memakai “ankle splint”. Yang paling maksimum mengistirahatkan fungsi ankle adalah dengan cara dipasang gips dan otomatis harus memakai tongkat.
Tatalaksana Lanjutan
Proses penyembuhan robekan urat sendi (ligament) dan atau capsul sendi tidak bisa dipercepat. Kalaupun diberikan obat, ini sifatnya hanya membantu. Justru memperlambat proses penyembuhan lebih mudah, misalnya: dengan cara tidak mengistiratkan fungsi sendi seperti tersebut diatas; atau bahkan diurut, jadi kalau cedera sekali dan diurut dua kali, sama saja dengan cedera tiga kali.
Dengan cara-cara pasien menangani sendiri atau tidak mengikuti program pengobatan yang betul, maka akan terjadi penyembuhan yang terlambat, atau bahkan menjadi nyeri kronis atau bahkan sama sekali tidak sembuh. Penanganan segera sangatlah diperlukan dalam hal ini.
Untuk penatalaksanaan, terlebih dahulu harus dievaluasi ulang kelainan yang ada sekarang (wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang). Dilanjutkan dengan program penatalaksanaan secara khusus. Program ini pun tidak selalalu memberikan penyembuhan yang maksimum. Hal ini harus dilakukan segera agar tidak menjadi akut dan kronis.
<iframe width="459" height="344" src="https://www.youtube.com/embed/PwVS1VWapRY" frameborder="0" allowFullScreen=""></iframe>
Ankle merupakan salah satu sendi di tubuh yang berada pas diatas kaki, yang berfungsi menumpu berat badan, tapi juga mempunyai gerakan harmonis tertentu waktu berdiri dan berjalan atau bahkan untuk berlari.
Kalau dilihat pada Foto X-Ray, ankle terdiri dari susunan tiga tulang, yaitu tulang kering, tulang betis dan tulang talus: atap ankle merupakan ujung bawah tulang kering yang datar melintang dengan bentuk tertentu, berpasangan dengan dasar ankle merupakan permukaan atas tulang talus, disisi dalam dikuatkan oleh mata kaki dalam yang merupakan tojolan kebawah dari tulang kering; disisi luar dikuatkan oleh mata kaki luar yang merupakan ujung bawah tulang betis.
Kesetabilan sendi tidak cukup dengan susunan tulang yang harmonis tersebut, tapi ada penguat lain, berupa jaringan “non tulang” yang meliputi: tulang rawan yang menjadi permukaan sendi yang licin, capsul sendi, urat sendi (ligament) dan urat otot (tendon) dari otot yang kekuatannya normal.
Bentuk Cedera Pergelangan Kaki
Pada cedera ankle yang berat sering menyebabkan patah tulang mata kaki sisi dalam, atau patah tulang mata kaki sisi luar atau kedua-duanya, hal ini menyebabkan juga sendi ankle bergeser (subluksasi) atau bahkan lepas (luksasi).
Suatu keadaan patah tulang, maka penatalaksanaan jelas: sejak diagnosa, pengobatan (operasi) dan hasil operasi, dimana dapat dinilai secara terukur, karena ketiga tahapan tersebut dapat dilihat melalui Foto X-Ray.
Sebaliknya suatu cedera ankle yang tidak menyebabkan patah tulang, maka yang jadi “korban” adalah jaringan non tulang, terutama urat sendi (ligament) dan atau disertai capsul sendinya, atau bisa juga cedera tulang rawan yang tidak kelihatan pada Foyo X-Ray biasa.
Tergantung beratnya cedera, bisa hanya berupa regangan, atau robekan halus, bahkan bisa berupa robekan parah. Robekan-robekan jaringan non tulang bisa juga dinilai memakai Foto MRI, tapi hasilnya belum maksimum. Memang untuk kerusakan tulang rawan sendi dan memar tulang dibawah tulang rawan sendi sangat terbantu diagnosanya oleh periksaan MRI.
Pemeriksaan lebih canggih lagi untuk kerusakan dalam sendi adalah dengan cara arthroscopy (peneropongan), yang dilakukan di kamar operasi. Tentunya sebelum dilakukan pemeriksaan dengan alat bantu tersebut (Foto X-Ray dsb), terlebih dahulu harus dilakukan wawancara yang teliti mengenai keluhan dan mekanisme cederanya, disusul dengan pemeriksaan fisik seksama khusus ankle tersebut.
Pemulihan Cidera
Selanjutnya robekan-robekan jaringan tersebut meskipun tidak dijahit (karena tidak dibuka), akan mencapai penyembuhan (penyambungan) kembali secara alamiah dalam periode waktu tertentu, asal diberi kesempatan istirahat fungsi. Waktu yang diperlukan untuk peroses penyembuhaan sekitar 3 sampai dengan 6 minggu, tergantung beratnya kerusakan.
Proses alamiah ini bisa tercapai, bila diistirahatkan dari fungsi sendi ankle yang berupa mengistirahatkan gerakan sendi dan tidak menumpu berat badan, serta ditinggikan untuk mengurangi atau menghilangkan bengkak. Pada fase akut sampai hari kelima: diistiratkan; ditinggikan; didinginkan, contoh : pakai es dibungkus kering (bukan dipanaskan!).
Mengistirahatkan gerakan sendi yang paling sederhana adalah dengan cara : waktu berjalan “seperti robot” (= ankle dikakukan secara aktif oleh dirinya sendiri) ; menghindarkan dari posisi yang tidak menguntungkan ankle (nyeri); meminimalkan aktifitas berjalan dan tidak naik tangga.
Cara mengistirahatkan ankle yang lebih kuat: bisa dengan cara memakai plester melalui teknik tertentu; memakai elastic verban; memakai “ankle decker” atau memakai “ankle splint”. Yang paling maksimum mengistirahatkan fungsi ankle adalah dengan cara dipasang gips dan otomatis harus memakai tongkat.
Tatalaksana Lanjutan
Proses penyembuhan robekan urat sendi (ligament) dan atau capsul sendi tidak bisa dipercepat. Kalaupun diberikan obat, ini sifatnya hanya membantu. Justru memperlambat proses penyembuhan lebih mudah, misalnya: dengan cara tidak mengistiratkan fungsi sendi seperti tersebut diatas; atau bahkan diurut, jadi kalau cedera sekali dan diurut dua kali, sama saja dengan cedera tiga kali.
Dengan cara-cara pasien menangani sendiri atau tidak mengikuti program pengobatan yang betul, maka akan terjadi penyembuhan yang terlambat, atau bahkan menjadi nyeri kronis atau bahkan sama sekali tidak sembuh. Penanganan segera sangatlah diperlukan dalam hal ini.
Untuk penatalaksanaan, terlebih dahulu harus dievaluasi ulang kelainan yang ada sekarang (wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang). Dilanjutkan dengan program penatalaksanaan secara khusus. Program ini pun tidak selalalu memberikan penyembuhan yang maksimum. Hal ini harus dilakukan segera agar tidak menjadi akut dan kronis.
<iframe width="459" height="344" src="https://www.youtube.com/embed/PwVS1VWapRY" frameborder="0" allowFullScreen=""></iframe>
Selasa, 06 Desember 2016
cara mengatasi bayi tersedak asi
CARA MENGATASI BAYI TERSEDAK ASI
Bagi para ibu sering kali mengalami hal dalam menyusui seperti bayi tersedak ASI, Salah satu penyebab bayi tersedak adalah terlalu banyak susu yang masuk ke dalam mulut bayi. Yang tidak seimbang dengan kemampuan bayi menyedotnya, sehingga membuat bayi kesulitan bernapas. Umumnya, bayi tersedak saat minum susu baik dari botol susu maupun menyusui langsung dari puting ibu. Penyebab bayi tersedak akibat menyusui langsung dari puting ibu adalah akibat dari banyaknya ASI yang diproduksi, sehingga bayi saat mulai menghisap, ASI langsung keluar sangat banyak. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kelebihan ASI dan mencegah bayi tersedak, diantaranya dengan memperhatikan cara menyusui.
Sesaat sebelum menyusui, perahlah sedikit ASI dengan tujuan untuk memperlambat produksi ASI, sehingga saat bayi menyusui, ASI dapat keluar lebih perlahan yang akan membuat bayi merasa nyaman saat menyusui. Derasnya ASI akan membuat bayi menangis karena lebih sulit bernapas sehingga membuat bayi enggan untuk menyusui dari putting ibu.
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mencegah bayi tersedak adalah dengan memberikan ASI pada satu payudara saja pada satu kali menyusui, karena jika dilakukan pada kedua sisi pada saat bersamaan justru akan merangsang ASI semakin banyak. Selain itu, ibu dapat mengatur posisi menyusui dengan tubuh tegak (bukan membungkuk) dimana posisi kepala bayi berada sejajar dengan putting ibu atau bisa juga dilakukan dengan posisi ibu berbaring dan bayi tengkurap menghadap putting ibu.
Jika posisi diatas tidak juga membantu, ibu dapat menggunakan alternative lain perlengkapan bayi baru lahir, yaitu berupa botol susu yang berisi perahan ASI. Pilihlah botol susu yang dirancang khusus agar bayi tidak tersedak saat menyusui dan sesuai dengan mulut bayi. Atau jika ibu memiliki ASI yang berlebihan, ibu dapat mendonorkannya kepada bayi baru lahir yang membutuhkan.
Setelah menyusui, pastikan ibu untuk selalu membuang angin yang mungkin saja terhisap saat menyusui dengan cara menegakkan tubuh bayi menghadap bahu ibu, lalu tepukkan punggung bayi dengan lembut hingga terdengar bayi membuang angin dari mulutnya. Sebaiknya tidak langsung menidurkan saat selesai menyusui karena beresiko susu tersebut masuk kedalam paru-paru. Dengan melakukan tepukan ringan tersebut, juga berfungsi untuk memberi waktu agar susu bisa masuk kedalam perutnya.
Jika bayi terlanjur tersedak, ibu jangan langsung mengangkat bayi, tetapi segera tengkurapkan bayi sejajar dengan paha ibu lalu pastikan kepala posisi kepala harus lebih rendah dari tubuhnya, kemudian tepukkan diantara tulang bahu.
Bayi yang sering tersedak dan tidak mendapat perhatian khusus dapat menyebabkan sakit serius yang berhubungan dengan paru-paru, telinga dan hidung. Sakit yang timbul umumnya berupa infeksi akibat susu yang bisa keluar dari mulut, hidung, maupun telinga. Banyak orang tua yang menganggap remeh masalah tersedaknya bay, dan jika terus dibiarkan akan dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru. Gangguan ini timbul setelah beberapa hari bayi tersedak, biasanya diawali dengan batuk-batuk, badan bayi mulai panas dan napas bayi berbunyi . Segeralah pergi ke dokter dimana dokter umumnya akan menyarankan untuk melakukan rontgen paru-paru. Hasil rontgen tersebut dapat menggambarkan seberapa banyak susu yang telah masuk kedalam paru-paru. Jika masuk dalam kategori berat, maka dokter akan melakukan tindakan bronkospi dimana ada alat yang masuk ke dalam paru-paru untuk membersihkan cairan yang ada didalam paru-paru. Tindakan ini tetap mempunyai resiko dimana jika terjadi kesalahan akan membuat luka pada paru-paru.
cara mengatasi stroke melalui fisioterapi di cepiring

Langganan:
Postingan (Atom)